Kamis, 8 Juni 2023
Selamat datang Bulan Juni dan patah hatinya. Hujan baru saja turun di Fakultas Pertanian. Masih merintik menghantam genting. Sisa hujan subuh hari. Benar apa kata Sapardi bahwa tidak ada yang lebih tabah dari Hujan Bulan Juni. Tetap dirahasiakan rintik rindunya pada bunga ungu yang hampir layu itu. Diregang rindu pada kehangatan masa lalu.
"Ia mau, apa yang hatinya mau." adalah sebuah kalimat yang harus aku pahami maknanya.
Semalam (Rabu, 7 Juni 2023) aku melihatmu bersamanya duduk bersebalahan. Kalian berbagi tawa. Dari kejauhan aku melihat binar kedua matamu begitu hidup. Kamu masih ingin bersamanya, tapi hatinya untuk orang lain yang menjadikan alasan untuk meninggalkanmu. Kamu berpura-pura sudah baik-baik saja, tapi kedua matamu berbicara. Aku harus merelakanmu dan berpura-pura tidak tahu apa-apa.
***
Rabu, 22 Juni 2022
Sebuah tulisan dari sudut pandang orang ke-3 : Seberapa sering?
"Mei telah berakhir, berganti Hujan Bulan Juni yang semoga membuat ia menjadi lebih bijaksana. Tidak lagi ia sembunyikan rintik rindunya kepada akar pohon yang berbunga itu. Telah ia utarakan lewat pesan singkat yang ia tulis pada percakapan dini hari bersamamu, 'Maaf aku menghubungimu malam-malam, karena ada perasaan rindu yang tiba-tiba menikam.' atau lewat pesan singkat yang lain, 'Rindu aku ke kau, tapi apa boleh aku berkata demikian?' Tentu saja, belum pernah mendapat jawaban. Apalagi mempunyai perasaan yang sama? Iya, untuk kesekian kalinya, sebuah kisah harus berakhir lagi tanpa pernah menjadi makna. Sepertinya, kisah ini tidak akan berakhir menjadi kita. Maka, ia akan mengingatmu, sebagai seseorang yang membuat ia sedikit lebih bijaksana. Semoga hal-hal baik segera tiba pada tangan yang tepat. Ia pamit undur diri. Menikmati kekalahan."